Kamis, 04 Agustus 2011

PENYUSUTAN KONSEPSI LEKSIKAL ALAT TRADISIONAL MELAYU LANGKAT: STUDI TERHADAP KOMUNITAS REMAJA DI STABAT

foto: puakmelayu.blogspot.com
Oleh: Abdurahman Adisaputera
FBS Universitas Negeri Medan

Ringkasan

Alat-alat tradisional mata pencarian yang digunakan oleh suatu komunitas dalam
kurun waktu tertentu menggambarkan sebuah peradaban yang tumbuh dan berkembang
pada komunitas tersebut. Keberadaannya akan sangat bergantung pada kondisi sosioekologis yang terus berubah. Perubahan budaya (dari budaya tradisional ke budaya
modern) atau perubahan ekosistem (dari ekosistem pedesaan ke ekosistem perkotaan)
merupakan faktor utama penyebab hilangnya beberapa unsur kebudayaan, khususnya
alat-alat tradisional. Hal ini diasumsikan terjadi pada komunitas Melayu Langkat di
Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan
dalam upaya pelestarian unsur-unsur kebudayaan bagi komunitas Melayu di Stabat.
Faktor-faktor ini bisa saja menyebabkan pergeseran ataupun kepunahan unsur-unsur
kebudayaan sehingga unsur-unsur tersebut tidak lagi dipahami dan tidak lagi menjadi
pemarkah identitas, khususnya bagi generasi muda.

Perubahan sosio-ekologis yang terjadi pada lingkungan remaja di Stabat diduga
berpengaruh pada pembentukan konsepsi leksikal mereka. Pengaruh ini dapat diungkap
melalui pendekatan ekolinguistik dan kajian semantik leksikal. Metode yang digunakan
adalah dengan mendokumentasi jenis alat-alat tradisional Melayu Langkat yang ada dan
mengujinya kepada responden remaja tentang leksikal yang berhubungan dengan alat-alat
tersebut. Hasil pengujian dapat dijelaskan dengan memparafrasekan situasi penggunaan
alat tersebut dikaitkan dengan kondisi sosio-ekologis remaja secara nyata.

Melalui tes penguasaan kosakata diketahui bahwa pemahaman leksikal remaja
tentang alat-alat tradisional komuniatas Melayu Langkat sangat rendah. Dari 13 jenis alat
tradisional mata pencarian yang diujikan kepada 230 orang responden, rata-rata hanya 60
orang (26,22%) saja yang memahami secara leksikal alat-alat tradisional tersebut. Dari
sejumlah leksikal yang disajikan bahkan ada yang hanya dipahami oleh 3 orang
responden saja. Kondisi ini terutama disebabkan oleh hubungan korespondensi dengan
ekosistem yang berubah. Kondisi sosioekologis yang berubah menyebabkan hilangnya
beberapa piranti konseptual dalam alam pikiran penutur. Ketika kata memancing
dituturkan, penutur remaja kehilangan konsep tentang mencari, memilih, menebang,
memotong, mengolesi, melayur, dan membentuk karena tergantikan oleh kata membelli.
Demikian juga, kolokasi nomina yang merupakan ekologi tempat memancing seperti
sawah, rawa, parit, dan sungai berganti dengan nomina kolam pancing

Ditemukan pula indikasi bahawa perubahan kondisi alam telah menyebabkan
disfungsi alat-alat tradisional komunitas Melayu Langkat yang berorientasi geografis
sungai. Disfungsi itu dipicu oleh beberapa aspek sosio-ekologis yang berpengaruh: (1)
perubahan kontur alam, (2) menyusutnya lahan pertanian, (3) berkurangnya sumber daya
alam (4) munculnya bahan-bahan dan alat-alat modern, dan (5) pola hidup praktis dan
instan. Dampaknya pada aspek kebahasaan adalah penyusutan konsepsi leksikal pada
penutur bahasa generasi baru, yaitu komunitas remaja. Pada aspek sosial, dinamika
kehidupan komunitas remaja ditandai oleh adanya paradigma baru yang tidak berakar dari
budaya tradisi. Penyusutan konsepsi leksikal tentang dunia sekitar ataupun tercerabutnya
akar budaya tradisi pada komunitas remaja menyebabkan penurunan kualitas hidup secara
sosio-budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar